Kemudian, Anda juga nggak diem aja, Anda mengkomunikasikan value tadi ke pelanggan Anda atau ke calon pelanggan Anda. Katakanlah skornya dua untuk nilai effort yang Anda keluarkan.
Maka kalau kita lihat dari rumusnya, hasilnya adalah 50. Ya, 200 kurang 150 dikalikan 2, dan totalnya jadi 100.
Nah, sekarang kita intip punya pesaing Anda. Katakanlah pesaing Anda harga jualnya juga sama, 150. Tapi ternyata kualitas produknya atau layanannya itu lebih inferior dibandingkan punya Anda, sehingga value yang didapat oleh si pelanggan itu cuma 180.
Di bawah value yang mereka bisa dapatkan kalau beli produk atau layanan Anda. Tapi ternyata mereka itu jago banget komunikasinya. Dia pinter marketingnya, menggunakan banyak jalur, copywritingnya cakep, persisten banget.
Sehingga effort yang mereka keluarkan untuk meyakinkan customer-nya itu dua kali dibandingkan effortnya Anda. Kalau Anda cuma dua, dia empat. Maka hasilnya gimana?
30, yaitu selisih antara value dengan price dikalikan empat. Jadi dapat 120.
Dan kalau kita lihat rumus ini, berarti pelanggan Anda nanti akan memilih produk atau layanan yang mana? Ke pesaing, walaupun sebenarnya value-nya lebih rendah.
Tapi karena faktor C-nya itu tinggi, akhirnya ya itulah realita yang terjadi.
Jadi simplenya, ketika Anda sudah tahu rumus ini, pilihannya adalah Anda harus bisa memastikan bahwa V Anda setinggi-tingginya dan C Anda juga setinggi-tingginya.
Loh, kenapa kok nggak diminta untuk serendah-rendahnya? Karena that might not be a viable solution.