BABELKUPASONLINE.COM – Konferensi tahunan yang diselenggarakan oleh International Tin Association (ITA), Asia Tin Week, berlangsung di Shanghai pada 6-8 November 2024. Tahun ini, konferensi tersebut mengangkat tema “Mewujudkan Pasokan Timah Berkelanjutan Melalui Inovasi dan Kolaborasi”.
Acara ini dihadiri oleh para pemimpin industri timah global, pedagang dari berbagai negara, termasuk China, Indonesia, Peru, Amerika Serikat, Inggris, dan Malaysia, untuk membahas berbagai isu penting seperti tren pasar, dampak teknologi, pengembangan berkelanjutan, serta restrukturisasi rantai pasokan global.
PT TIMAH Tbk, yang diwakili oleh Direktur Pengembangan Usaha, Dicky Octa Zahriadi, turut serta sebagai pembicara dalam sesi In Conversation with CEOs.
Ia berbicara bersama sejumlah tokoh industri seperti Maruano Pero dari OMSA, Raj Chg dari MMR, Yong Cai dari Gaungxi Hauxi, Luke Liu dari Yunnan Tin Listed, dan Huanqun Zhang dari Gejiu Qiando. Sesi ini dimoderatori oleh John Jonson dari CRU Beijing dan Helen Prince dari ITA.
Diskusi yang berlangsung berfokus pada isu-isu strategis yang diprediksi akan memengaruhi industri timah dalam beberapa tahun mendatang. Salah satu topik utama adalah Environmental, Social, and Governance (ESG).
Para pemimpin industri membahas bagaimana prinsip-prinsip ESG diterapkan dalam operasi mereka, serta tantangan yang dihadapi dalam implementasinya. Dalam konteks ini, perhatian juga tertuju pada Indonesia terkait penambangan ilegal dan kebijakan yang akan diterapkan pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut, guna memastikan penerapan standar ESG yang lebih baik di sektor pertambangan timah.
Dicky Octa Zahriadi, Direktur Pengembangan Usaha PT TIMAH Tbk, merespons isu ini dengan optimisme. Ia menyatakan bahwa dengan pemerintahan yang baru, PT TIMAH Tbk yakin bahwa sektor pertambangan timah Indonesia akan semakin berkomitmen pada keberlanjutan. Hal ini terutama terkait dengan penanganan penambangan ilegal melalui regulasi yang lebih ketat.
Dicky menegaskan bahwa pemerintah Indonesia memiliki peran penting dalam mendukung transparansi rantai pasokan, memastikan bahwa semua timah yang diproduksi berasal dari sumber yang sah dan bertanggung jawab, sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG).
Di akhir sesi, hasil polling peserta konferensi menunjukkan proyeksi yang optimis terkait harga timah LME Cash tahun 2025. Sebanyak 52% responden memprediksi harga timah akan stabil antara $30.000 hingga $36.000 per ton.
Dengan tema yang mengusung keberlanjutan, Asia Tin Week 2024 diharapkan dapat memperkuat kolaborasi global untuk memajukan industri timah yang lebih berkelanjutan.
Melalui konferensi ini, para pelaku industri timah di seluruh dunia, termasuk Indonesia, diharapkan dapat semakin memperkuat komitmen mereka terhadap inovasi teknologi, transparansi, dan keberlanjutan dalam memenuhi kebutuhan pasar global.(Sumber:www.Timah.com)
Baca berita terkait Bangka Belitung lainnya di Google News