KUPASONLINE.COM – Uya Kuya dan mantan napi ‘lapas dolar’ melakukan podcast tentang penipuan yang dilakukan secara sistematis. Tema “sadis! pengakuan napi penipu dalam penjara” diangkat Uya Kuya dalam tayangan youtubenya hari ini.
Pengakuan Uya, dia tidak ada tendensius mengungkap hal ini. Kejadian tersebut merupakan pelanggaran HAM terhadap para napi yang sampai disodomi kalau tak dapat target.
Berikut pengakuan mantan pelaku penipu tersebut, napi baru direkrut oleh ‘lurah’ seharga berkisar rp 2 juta sampai rp 2,5 juta. Mereka dimasukkan ke dalam ‘kelas pelayaran’. Selanjutnya mereka diperintah bikin FB baru dan pakai nama serta foto palsu, dengan identitas dibikin alat negara dan pelaut. Bahkan mereka pakai foto bimo yang sudah meninggal dengan nama berbeda.
Sasarannya kebanyakan para TKW baru yang banyak kesepian dan perputaran uangnya cepat. FB dibuka sering menyasar TKW Hongkong atau Taiwan dan difilter TKW baru. di cek dan dipacari serta diimingi akan di nikah kan setelah pulang. dari postingan tahu TKW baru.
Modusnya, kenalan dulu dan dikasih foto. Kalau korban tidak yakin dan ada 2 hp, yang satu video bimo yang bekerja di pengeboran tengah laut. Dari vc yang diperlihatkan pada si korban mulai dari atas mulut ke atas. Jika korban yang biasa dipanggil bunda masih belum yakin maka foto diblur dan dikatakan sinyal jelek.
Pengakuan pelaku, prosesnya panjang untuk meyakinkan korban. Selanjutnya jika korban sudah yakin maka kita bilang akan pulang untuk menikahi korban. Sebelumnya korban disentuh perasaannya bahwa anak pelaku terpaksa ditinggal di panti asuhan karena ibunya sudah meninggal. Biasanya korban kasihan karena pelaku sudah ditinggal istri. Selanjutnya korban memberikan no WA.
Hubungan terus berlanjut sampai diperkenalkan dengan oknum yang dikatakan HRD kantor dan pelaku sebagai ABK. Ada lagi yang berperan sebagai petugas kapal dan petugas bandara. Nama yang biasa mereka gunakan yaitu Elvin, Hendra, Akbar Surya. Korban yang di php sebagai calon istri disuruh mengirim fotocopy KTP untuk pencairan deposito. Tapi harus menyediakan biaya sewa helikopter Rp 15 juta atau speedbooth Rp 10 juta untuk membawa pelaku dari tengah laut.
Uang ditransfer korban ke rekening ‘RW atau lurah’, jumlahnya berbeda-beda. Modusnya diberangkatkan dari tengah laut ke Sorong dan ternyata uang belum dicairkan. Biasanya korban disuruh datang menjemput ke Sorong. Hal itu jelas tak mungkin. Selanjutnya korban disuruh scan tanda tangan dan HRD akan minta Rp 10 juta sampai Rp 20 juta karena akan ditandatangani di depan notaris.
Pengakuan pelaku, ada fitur di Telkomsel yang bisa merubah suara pria menjadi suara cewek. Dibikin seakan – akan petugas bank akan menghubungi korban yang harus segera membayar pajak sebesar 10 persen, baru uang dicairkan karena jumlah uangnya sangat besar.
Kemudian dibuatkan cek dan masa berlaku 2 hari. Selanjutnya minta biaya tiket pesawat ke korban yang biasa dipanggil karena setelah lewat waktu. Ada dokter perempuan di Surabaya tertipu Rp 320 juta, notaris di Malang tertipu Rp 240 juta, padahal anaknya polisi dan mereka tak bisa apa-apa. Korban melapor banyak sekali tapi tidak ditindaklanjuti, sebab terorganisir.
Ada vc suami korban mau sembelih istrinya jika uang tidak kembali dengan menempel pisau di leher istrinya, ujar pelaku pada Uya Kuya yang berada di hadapannya.
Dalam satu hari perputaran uang sekitar Rp 100 juta per kamar. Jika tidak tercapai maka mereka akan disiksa. Yang mengenaskan mereka disodomi oleh napi lain. Terkadang dirolling napi-napi tersebut.
Pelaku pernah dapat Rp 240 juta dan pelaku hanya dapat 3 persen. Uang lain dibagi pada ‘RT’ sebesar 20 persen, samg RW lebih besar lagi dan jatah oknum petugas 10 persen. Jatah masuk ke LP sebesar 10 persen. Jika tak dapat uang maka sipir akan bertanya mengapa tidak menghasilkan napi-napi tersebut.
Pernah pelaku menyerahkan uang ke salah satu kasi di LP untuk keperluannya. Mereka keliling ke kamar-kamar para napi.
Ada dikirim ke rekening yang bersangkutan. Ada ditayangkan bukti teansfer secara berkala, per hari, per minggu dan per bulan. Dalam LP ada jual miras dan kegiatan judi. Oknum petugas jadi bandar, judi suatu keharusan, uang setan dimakan jin.
Mantan napi tersebut pernah merasakan kasihan terhadap korbannya. TKW bernama Melda disebutnya masih terlilit hutang akibat penipuannya. Ada yang keluarganya hancur dan bunuh diri.
Pelaku bercerita soal biaya aktivasi sebesar Rp 10 persen dengan mengirim barang seperti tas mewah pada korban. Sebelumnya diminta no HP keluarga korban dan selanjutnya jika tidak dipenuhi keinginannya maka vc telanjang korban yang telah di sreenshoot diancam akan disebarkan bahkan sudah disebarkan ke keluarga korban. Hal ini alasan pelaku untuk memeras korban. Yang paling gampang diperas orang yang punya suami. Bahkan ada jaksa di Padang pernah ditipunya sebesar Rp 50 juta. Ada pula korban asal Bojonegoro ex TKW Arab usia 64 tahun tertipu Rp 170 juta dengan menjual tanahnya. Selain itu juga tertipu notaris di Malang dan dokter di Surabaya.
Pelaku mengakui razia ada di LO tapi itu hanya untuk dijadikan BB. Sebelumnya mereka sudah dibriefing. HP dikumpulkan dan beberapa HP dijadikan BB razia setingan tersebut.
Terakhir Uya Kuya menutup pembicaraannya sambil menangis. I alaupun pengungkapan ini penuh resiko namun ia yakin masih ada orang yang jujur dan jangan disingkirkan. Sebagai penutup, mantan napi itu minta maaf terhadap korban-korbannya.